Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

PERLU DI KETAHUI!. LALONGET : "11 Macam Jenis Karya Sastra Madura"

 

 Lalonget merupakan bagian dari Sastra Madura. Lalonget berasal dari kata Longet, diberi pengulangan rangkap berubah suara (oca’ rangkep aoba sowara) menjadi Lalonget.

Longet berarti Pintar, Pandai membuat sesuatu, misalkan Membuat Kursi dan sebagainya. maksudnya adalah seseorang yang pandai atau pintar membuat sesuatu, sehingga terlihat indah dipandang.



Yang termasuk dalam Sastra Lalonget ada 11 macam yaitu :

  • Bak-tebbagan (Tebak-tebakan)
  • Okara Kakanthen (kata Berangkai )
  • Bangsalan (Bangsolan, jawaban)
  • Rora Basa (ucapan salah kapra)
  • Kerata Basa (kata yang mengandung maksud)
  • Parebasan (Peribahasa)
  • Ebarat (ibarat, Majas)
  • Saloka
  • Parlambang (Lambang)
  • oca’ saroja
  • oca’ camporan alabanan (Kata Terbalik)

1.     Bak-tebbagan (Tebak-tebakan)

Bak-tebbagan ialah suatu kalimat atau beberapa kalimat yang diucapkan seseorang kepada orang lain dan memerlukan jawaban. Terkadang jawabannya lucu, masuk diakal, dan orang yang mendengarkan jawaban tersebut senang. Biasanya tebak-tebakan tersebut dimainkan pada waktu senggang saat bekerja, karena hal tersebut menjadi penghibur.

Contoh tebak-tebakan :

  • Nase’ sakeppel ekarobung galata (Nasi segenggam dikerumun tungau) jawabannya  Salak
  • Eteggu’ matana ol-kaolan (dipegang matanya merem melek) jawabannya Gunteng (Gunting)
  • Mon egagap badha, mon e tole’e tadha’ (Kalau di pegang ada, kalau menoleh tidak ada) jawabannya Kopeng (Telinga)

2.     Okara Kakanthen (Kata Berangkai)

Okara kakanthen  yaitu kalimat yang di tulis dari satu kata ke kata yang lainnya berangkai, mengandung Guru Sowara, Guru Sastra, dan Guru Lumaksito

Okara kakanthen biasanya digunakan seseorang pada acara-acara resmi atau saat berpidato. Sehingga orang yang mendengarkan merasa senang sebab penuh dengan bahasa Sastra.

Contoh :

a.     Okara kakanthen yang mengandung guru Sowara, maksudnya satu kata ke kata yang lainnya bersuara sama.

Misalnya :

  • tata krama reya adhat parnata kona. (tatakrama adalah adat tingkah laku yang sudah ada sejak dahulu)  kata tata , nata , krama, kona bersuara sama.
  • Mon ta’ teppa’ kodu duli paenga’.(kalau salah cepat diingatkan)  Kata : ta’ teppa’ – paenga’, kodu, dhuli, suara sama.

b.     Okara kakanthen yang mengandung guru sastra. Maksudnya adalah kata satu dengan lainnya didalam satu kalimat itu huruf vokalnya berurutan. Seperti a, e, o, ang, eng, ong, ar, er, or, dan semacamnya.

Contoh :

  • asakola ta’ tobang sakale, ding ulangan olle sapolo. ( rajin bersekolah tak pernah membolos, kalau ulangan mendapat nilai sepuluh) Kata asakola (sekolah), sakale (Sekali), sapolo(Sepuluh), yang berangkai  la-le-lo.
  • Ding aba’ lapar ja’ nyare nase’ e amper, tape kodu nyare e dhapor. (Kalau aku lapar tidak mencari nasi di teras, tetapi harus mencarinya di dapur) kata lapar (Lapar), amper (Teras),dhapor (dapur) yang berangkai yatu: par- per- por

c.      Okara kakanthen yang mengandung kalimat lumaksito, maksudnya adalah dalam satu kalimat ada kata yang di ucapkan atau di tulis lebih dari satu.

Conto:

  • Na’-kana’ penter bajeng ajar, bajeng ajar terro penterra. (anak-anak pintar selalu belajar, selalu belajar ingin pintar) Kata bajeng ajar di tulis dua kali.
  • Sakancaan patang tolong, patang tolong dhalem kabagusan. (teman saling tolong menolong, saling tolong menolong dalam hal kebaikan) kata : patang tolong diucapkan dua kali.
  • Mon dika enga’ ka bula, bula ta’ kera loppa ka dika (kalau kamu ingat kepada saya, saya tidak akan lupa kepada kamu) kata bula (aku, saya) dan dika (kamu, anda, kau) diucapkan dua kali

3.     Bangsalan

Bangsalan atau bangsolan atau jawaban maksudnya adalah kalimat yang mengandung Guru Sowara dan Guru sastra. Pada bangsalan mempunyai 3 pilar yaitu Bangsalan, teggessa, panebbus . bangsalan adalah ungkapan sastra konkrit  dalam kalimat, teggessa adalah arti atau makna yang dirujuk dari bangsalan, sedang panebbus adalah makna dari bangsalan.

  • Ma’ ngembang nyamplong, ka bara’ ka temor posang apa se esare?. kata bangsalan ngembang nyamplong , bunga pohon nyamplong yang bernama sare. Panebbus yang dimaksud yaitu esare.
  • Ambu ja’ Ambato kene’, apa se epekkere. kata bangsalan : bato kene’ (batu Kecil)  teggessa baliker (Kerikil). Panebbus yaitu ker-pekker, epekker (dipikir).
  • Polana kerrong pas agellu’, mara tonang raba sakale. Bangsalan yaitu tonang raba, teggessa juko’ tase’ bangsana bellu’ panebbussa yaitu gellu’

4.     Rora Basa

Rora basa yaitu kalimat salah kapra, tetapi orang yang diajak berbicara mengerti maksud dari kalimat pembicaraan orang tersebut

Contoh :

  • Mon ba’na ka pasara le’, sengko’ matoro’a juko’ cakalan. (kalau mau kepasar dek, saya nitip ikan tongkol).kalimat tersebut diucapkan oleh orang yang masih berada di rumahnya, sedangkan mereka berdua bukanlah pedagang ikan. Yang diberikan adalah uang bukan ikan laut yang bernama tongkol. Kalimat yang benar dari kalimat tersebut seharusnya, mon ba’na ka pasara le’, sengko’ matoro’a pesse kabelliagi juko’ cakalan. (kalau kamu mau kepasar dek, saya nitip uang belikan ikan tongkol
  • Apa se elakone? Nyekot kalambi. (apa yang dilakukan?. Membuat baju.)
  • Ebu ngandel kopi.(ibu memasak kopi)
  • Kaka’ nae’ nyeyor polana terro ka duggan. (kakak naik kelapa karena ingin degan)

5.     Kerata Basa

Kerata Basa yaitu kata yang mengandung maksud dan makna yang cocok dengan apa yang dimaksudkan. Mengandung guru sowara. Siapa saja bisa membuat kata kerata basa asalkan kata-katanya cocok dengan apa yang dimaksudkan.

Contoh:

  • Tongket (Tongkat)          : e tongtong, etekket (diangkat, ditekan).
  • Songko’ (kopyah)            : se kosong epanongko’ (yang kosong di taruh diatas).
  • Dhapor (dapur)               : kennenganna marda bi’ kompor.(Tempat Bara dan kompor)
  • Songennep (Sumenep)    : Mon Lesso ngenep (kalau capek nginep)
  • Kona (Kuno)                    : koko parana (Kokoh Sekali)
  • Bungko (Rumah)             : ebung-tabung pas koko (disambung-sambung akhirnya kokoh)
  • Dll.

6.     Parebasan

Parebasan (Peribahasa) yaitu, ungkapan berisi makna tersirat yang dapat dipahami oleh pendengar atau pembaca karena hidup dalam suatu lingkup budaya yang sama. Dalam KBBI, peribahasa memiliki dua pengertian. Pertama, peribahasa adalah kelompok kata atau kalimat yang tetap susunannya, biasanya mengiaskan maksud tertentu. Kedua, peribahasa merupakan ungkapan atau kalimat ringkas, padat, berisi perbandingan, perumpamaan, nasihat, prinsip hidup atau aturan tingkah laku.

Dilihat dari pengertiannya, peribahasa dapat digunakan sebagai salah satu cara yang bijaksana untuk menegur seseorang agar orang tersebut tidak tersinggung. Dalam kebudayaan Madura masyarakat sudah mengenal peribahasa yang diumppamakan kepada nama barang atau nama hewan, peribahasa bahkan digunakan dalam kehidupan sehari-hari.

Peribahasa (Parebasan) tidak dapat dibahasakan, diubah, atau menyalin dari Bahasa lain, karena setiap bangsa mempunyai Parebasan sendiri-sendiri. Peribahasa di madura sangat banyak. Berikut ini akan saya beri contoh peribahasa yang dipakai dalam kehidupan sehari-hari oleh masyarakat madura.

Contoh :

  • Abantal omba’ asapo’ angen. Maksudnya penghasilannya di laut. Diumpamakan kepada orang yang penghidupannya berada di laut (nelayan)
  • Egantong tenggi e bendhem dhalem. Artena memasrahkan diri. Diumpamakan kepada orang yang pasrah karena sudah tidak mempunyai apa-apa

7.     Ebarat (ibarat)

Ebarat sama dengan Parebasan hanya kalimatnya dimulai dari kata : akantha, mara, acora’.

contoh:

  • Akantha belling kaojanan (seperti pecahan kaca terkena hujan), diucapkan kepada orang atau anak-anak yang tidak mau diberi nasehat. Walau bagaimana kalau pecahan kaca terkena hujan tidak akan menyerap (mental)
  • Akantha bajang para’ seyang (seperti wayang saat pagi), diucapkan kepada orang yang mondar-mandir tetapi gak ada tujuan akan kemana.

8.     Saloka

Parebasan, ebarat dan saloka merupakan kalimat yang mirip. Mengandung perumpamaan. namun yang membedakan, Saloka adalah ucapan orang bijak, ucapan ulama, yang mengandung nasehat yang benar dalam kehidupan.

conto:

  • Manossa reya coma darma (Manusia hanya darma), manusia hanya sekedar ikhtiyar, yang menentukan adalah Tuhan.
  • Mon embi’ gi’ embi’ keya (kalau Kambing ya Kambing Juga). Maksudnya adalah watak anak ada yang sama dengan watak orang tuanya.
  • Ja’ aba’ gi’ andhi’ aba’ (Bahwa aku masih memiliki aku). Maksudnya adalah bahwa kita masih mempunyai Tuhan. Janganlah semena-mena.

9.     Parlambang

Parlambang yaitu suatu barang yang diletakkan di suatu tempat atau acara, agar menjadi pengingat atau tanda dan mempunyai makna, biasanya orang yang dimaksudkan mengerti.

contoh:

  • Bin-sabin

Bin-sabin yaitu tanda yang dipasang berumbai, berupa pelepah pohon kelapa atau janur yang di tancapkan di gundukan sawah atau di pinggir jalan dengan maksud, bahwa rumput yang didekat tanda tadi tidak boleh diambil oleh orang kecuali orang yang memasang tanda tadi.

  • Pangrenget

Apabila melamar perawan, diantara barang-barang bawaan ada geddhang susu (Pisang susu). Itu mengandung makna bahwa yang melamar terburu-buru atau kesusu untuk menikah.

10.  Oca’ Saroja

Oca’ saroja yaitu kata campuran berangkai, kata yang satu dengan kata lainnya mempunyai arti yang sama dan memiliki makna lebih luas. Oca’ saroja banyak digunakan didalam sastra Madura karena mengandung okara kakanthen (kalimat berangkai) yang terdengar indah.

 contoh:

  • Lara lapa
  • Malang megung
  • Tendak tanduk

11.  Oca’ Camporan se alalabanan

Oca’ camporan se alabanan yaitu kata campuran yang memiliki arti berlawanan atau kebalikannya.

 contoh:

  • Ondur – dhateng
  • Tolak – bali
  • Sorot – sander

Baiklah Niciser itulah penjelasan dari Macam-macam Lalonget. Semoga dengan sedikit penjelasan ini bisa memberikan pengetahuan kepada para pembaca, yang khususnya para penutur Bahasa Madura. Agar Bahasa Madura tetap lestari. Mohon maaf apabila ada kekeliruan dalam penjelasan Lalonget ini, karena penulis menyadari adanya keterbatasan dalam penulisan tersebut. Mon aba’ eparenge kellar ngangka’ gunong, e oncol e japa’a patteha, ebungger etamenna Qulhu. Dhu Guste se maha Agung, dusana aba’ alung-gulung. Rengsa se masossa andaddiyagiya dibasa. Lampa se lempo alompa’ dha’ tarekana dunnya.  Salam Settong Dhara, Madura

1 comment for "PERLU DI KETAHUI!. LALONGET : "11 Macam Jenis Karya Sastra Madura""

  1. Saya sangat mengapresiasi tulisan ini, karena saya senang sekali mempelajari bahasa Madura dengan menggunakan ejaan hasil sarasehan 1973 Pamekasan. Mantap....lanjutkan 👍👍👍

    ReplyDelete

Berkomentarlah yang baik-baik.