Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

OCA' PANGALEM : Macam dan contoh Ungkapan Pujian yang ada di Madura

Oca’ Pangalem (Pujian) adalah ucapan pujian dengan menggunakan bahasa bentuk kiasan atau pengibaratan yang ditujukan kepada seseorang. Tidak hanya dalam tuturan, pangalem juga sering digunakan oleh seniman-seniman Madura yang dituangkan lewat kesenian-kesenian Madura seperti kejung (kidung), macapat, paleggiran, paparegan, puisi Madura, dan lain-lain.

Ungkapan-ungkapan pangalem yang dilontarkan oleh masyarakat Madura biasanya terjadi ketika penutur melihat objek yang dianggap bagus, indah dan luar biasa. Sebagai Bahasa kias, tentunya ungkapan pangalem mengandung makna konotatif atau makna yang tidak sebenarnya. Makna konotatif yang terkandung dalam pangalem ini merupakan makna konotatif yang positif, artinya ungkapan yang memiliki makna yang dirasakan baik atau lebih sopan.



Oca’ pangalem ada bermacam-macam yaitu, untuk badan, sifat dan sikap seseorang. Misalkan : Bibirra jerruk salone, matana bintang karteka. Dan lain sebagainya.

Berikut ini contoh macam-macam oca’ pangalem dan penjelasannya yang sering di ucapkan oleh masyarakat madura.

1. Pangalem (Pujian) yang Berkaitan dengan Nama Anggota Tubuh Manusia.

Pangalem atau Pujian yang berkaitan dengan nama anggota tubuh manusia merupakan pujian yang diungkapkan dengan mengiaskan keindahan pada bentuk anggota tubuh yang dimiliki seseorang, seperti bentuk bibir, paha, kulit, rambut, mata, hidung, bahu, pipi, alis, kaki, payudara, tumit, wajah, jari, bulu mata, kumis, kepala, gigi, leher, lengan, dada, urat, tulang, dan betis. Organ tubuh manusia dalam pangalem ini diibaratkan seperti buah-buahan, hewan, tumbuh-tumbuhan, alam, dan lain-lain. Bentuk pangalem berkaitan dengan nama anggota tubuh, misalnya:

1) Bibirra jerruk salone (Bibirnya jeruk seiris)

Maksudnya adalah mempunyai suatu daya tarik untuk memuji seseorang, yakni mengibaratkan bentuk bibir dengan buah yaitu buah jeruk. Dilihat dari bentuknya, belah bibir mirip dengan seiris buah jeruk, jadi maksud dalam pangalem ini adalah pujian terhadap seseorang yang memiliki bentuk bibir yang indah dan seksi seperti bentuk seiris buah jeruk.

2) Pokangnga mokang jerring (Pahanya paha jangkrik)

Daya tarik yang terdapat dalam pangalem ini adalah mengibaratkan bentuk paha manusia dengan paha yang dimiliki hewan jangkrik. Paha pada hewan ini terlihat berisi dan mulus, sehingga bentuk paha seseorang yang bentuknya bagus dan terlihat berisi dikiaskan seperti paha yang dimiliki oleh Jangkrik.

3) Kole’na celleng manes (Kulitnya hitam manis)

Pangalem ini merupakan pujian terhadap seseorang yang memiliki warna kulit yang gelap atau hitam namun terlihat cantik atau ganteng serta telihat berseri. Pangalem ini sering diungkapkan karena sesuai dengan warna kulit kebanyakan orang Indonesia yang memiliki warna kulit hitam kecoklatan atau sawo matang.

4) Obanna nyambel bijjan (Ubannya menyambal Wijen)

Daya tarik yang digunakan dalam pangalem ini adalah mengibaratkan rambut yang tampak rata dengan uban, mengibaratkan pada sebuah bahan membuat kue yaitu wijen. Wijen merupakan makanan yang berwana putih yang digunakan untuk membuat kue onde-onde, bagian luar pada kue onde-onde seakan rata dengan wijen sehingga orang yang rata dengan uban dikiaskan dengan bahan kue ini.

5) Matana bintang karteka (Matanya bintang subuh)

Pangalem ini mengibaratkan sebuah mata yang dikiaskan dengan benda luar angkasa yaitu bintang. Bintang subuh adalah bintang yang terlihat sebelum terbitnya matahari dikala subuh serta memilki pancaran cahaya yang terang. Sedangakan maksud dalam pangalem ini adalah ditujukan pada seseorang yang memiliki bentuk mata yang telihat indah dan cerah.

6) Elongnga kencop Kembang Malathe (Hidungnya kuncup bunga melati)

Daya tarik yang digunakan dalam pangalem ini adalah mengibaratkan hidung dengan salah satu jenis bunga yaitu bunga melati. Bunga melati yang masih kuncup memiliki bentuk yang bagus dan indah serta kelihatan tampak mancung, sehingga seseorang yang memiliki hidung mancung dikiaskan dengan bunga melati yang masih kuncup.

7) Badan sampayan (Badan jemuran baju)

Daya tarik yang digunakan dalam pangalem ini adalah ibarat tubuh manusia dengan suatu benda yang digunakan sebagai alat tempat untuk menjemur baju. Segala macam pakaian yang basah dan baru selesai dicuci tentunya diletakkan pada alat penjemur baju. Penjemur baju disini hanya sebagai simbol benda yang ditempati semua pakaian yang basah, sehingga pujian ini dikiaskan pada seseorang yang memiliki tubuh yang selalu pantas dan terlihat bagus menggunakan pakaian apa saja.

8) Bauna bau tembengan (Bahunya bahu timbangan)

Daya tarik yang digunakan dalam pangalem ini adalah ibarat bahu manusia dengan benda yang digunakan sebagai alat pengukur berat yaitu timbangan. Dalam mengukur berat tentunya harus meratakan alat pembandingnya guna mengetahui pas tidaknya benda yang telah diukur, jadi bahasa yang dikiaskan pada pangalem ini adalah memuji bahu seseorang, antara bahu kiri dan bahu kanan sejajar.

9) Pepena durin kasor (Pipinya durian kasur)

Ungkapan pangalem ini mengibaratkan pipi seseorang dengan buah yaitu buah durian. Benda yang dijadikan sebagai bahasa kiasan disini bukanlah dari bentuk melainkan dari isi buah durian yang tebal dan empuk rasanya, jadi pangalem ini ditujukan pada seseorang yang memiliki bentuk pipi yang terlihat berisi dan bagus.

10) Alessa adhaun memba (Alisnya berdaun mimba)

Daya tarik yang digunakan dalam pangalem ini adalah mengkiaskan alis seseorang dengan daun yaitu daun mimba, daun mimba adalah jenis daun yang memiliki khasiat untuk Kesehatan, dan memiliki banyak lekukan-lekukan kecil. Maksud dalam pangalem ini adalah pujian terhadap seseorang yang memiliki bentuk alis yang bagus dan rapi seperti bentuk lekukan-lekukan daun mimba.

2. Pangalem yang Berkaitan dengan Sifat Manusia

Pangalem yang berkaitan dengan sifat manusia adalah ungkapan pujian yang menunjukkan watak dan karakteristik yang dianggap baik atau bagus yang dimiliki seseorang. Bentuk pangalem yang berkaitan dengan sifat manusia misalnya :

1) Sowarana bu’-lembu’ geddhang (Suaranya empuk-empuk pisang)

Daya tarik yang digunakan pada pangalem ini adalah mengambarkan suara seseorang dengan buah yaitu buah pisang. Pisang yang sudah empuk menandakan pisang tersebut sudah matang dan sudah enak untuk dimakan. Wujud benda tersebut menggambarkan suara seseorang yang lembut tutur katanya, enak didengar, dan tidak menyakiti hati.

2) Sowarana lemma’ manes (Suaranya sedap manis)

Daya tarik yang digunakan dalam pangalem ini menggambarkan suara manusia dengan rasa. Penggunaan kata pada rasa cocok digunakan untuk menjelaskan rasa pada suatu makanan bukan pada suara, jadi pangalem ini ditujukan untuk memuji suara seseorang yang terdengar enak atau memiliki suara indah.

3) Ne’-kene’ cabbi lete’ (Kecil- kecil cabai rawit)

Pangalem yang digunakan sebagai bahasa kiasan ini adalah cabe. Sayuran yang memiliki rasa pedas ini digunakan sebagai bahan membuat sambal, sehingga pangalem ini mengikaskan kemampuan seseorang yang kuat walau berbanding terbalik dengan bentuk tubuhnya.

4) Watowa ajam (Tua-tua ayam)

Daya tarik yang digunakan dalam pangalem ini adalah menggambarkan wujud atau bentuk manusia dengan hewan yaitu ayam. Berdasarkan pertumbuhannya ayam mengalami proses perubahan bulu, semakin dewasa ayam maka akan semakin bagus pula bulunya, jadi pangalem ini mengiaskan wujud manusia yang awalnya biasa-biasa saja tapi setelah dewasa menjadi ganteng atau cantik.

5) Baras ta’ ajamo (Sembuh tidak berjamu)

Daya tarik yang digunakan dalam pangalem untuk memuji manusia ini, adalah mengibaratkan keadaan tubuh manusia yang sehat tanpa minum jamu atau obat. Bahasa kiasan dalam pangalem diatas bukan menggambarkan keadaan tubuh melainkan mengibaratkan kemampuan seseorang, yaitu pintar tanpa belajar.

6) Rontowan ate (Berguguran hati)

Pangalem ini mengiaskan sifat manusia dengan daun yang berguguran dari pohonnya atau runtuh. Maksud dari kata runtuh disini menggambarkan sifat atau kepribadian seseorang yang senang memberi maaf kepada orang lain.

7) Benneng ate (Jernih hati)

Ungkapan pangalem ini tidak jauh berbeda dengan pangalem yang telah dijelaskan diatas yang mengiaskan hati seseorang dengan suatu warna, warna yang digambarkan dalam pangalem ini kiasan untuk seseorang yang memiliki sifat penyabar.

8) Lemmes ate (Lemas hati)

Daya tarik pada pangalem ini adalah mengambarkan hati manusia yang lemas. Maksudnya lemas yang digambarkan dalam pangalem ini bukanlah pada bandanya melainkan pada sifat yang dimiliki manusia, yaitu sifat lemah lembut, penyabar, dan tidak suka menyakiti hati orang lain.

3. Pangalem yang Berkaitan dengan Sikap Manusia

Pangalem berkaitan dengan sikap manusia adalah ungkapan pujian yang mengiaskan tingkah laku seseorang yang dianggap baik atau bagus. Bentuk pangalem berkaitan dengan sikap manusia misalnya;

1) Deb-ngendheb nyapo (Mengendap- endap menyapu)

Daya tarik yang digunakan dalam pangalem ini adalah mengibaratkan cara berjalan dengan melakukan pekerjaan yaitu menyapu. Kata menyapu dalam pangalem ini bukan membersihkan sesuatu, melainkan orang yang membungkukkan tubuhnya seperti orang menyapu, makna dalam pangalem ini ditujukan kepada seseorang yang sopan dengan membungkukkan badan ketika melawati orang yang lebih tua.

2) Ngem-ngemngem copa (Mengengam-ngengam ludah)

Daya tarik yang digunakan dalam pangalem ini adalah mengibaratkan seseorang yang tidak mengeluarkan ludah dari mulutnya. Ludah merupakan cairan yang dihasilkan oleh mulut, meludah merupakan perilaku yang dipandang negatif, sedangkan maksud Ngem-ngemgem copa ‘Mengengam-ngengam ludah’ dalam pangalem ini adalah pujian terhadap seseorang yang tidak suka membicarakan aib orang lain atau membeberkan kejelekan orang lain.

3) Palakona aperreng tale (Kerjanya seperti bambu tali)

Pangalem ini mengambarkan cara orang bekerja yang dikiaskan pada suatu benda yaitu bambu tali. Saat mengikat sesuatu orang zaman dahulu mengunakan bambu sebagai tali, tali adalah suatu benda yang dijadiakan sebagai alat mengikat suatu benda apapun, jadi bambu tali disini artinya menunjukkan keluwesan seseorang dalam menerima pekerjaan apapun dan seberat apapun.

4) Pajalanna neter kalenang (Jalannya meniti bonang)

Daya tarik yang digunakan dalam pangalem ini mengambarkan cara berjalan seseorang yang meniti alat musik bonang. Alat musik bonang adalah alat musik pukul yang terdiri dari 8-10 bonang yang memiliki bunyi berbeda. Maksud dalam pangalem ini adalah memuji cara berjalan seseorang yang seakan pelan seperti mengikuti alunan musik bonang yang pelan.

5) Palembayya meltas manjalin (melambainya lentur rotan)

Pangalem ini mengambarkan tindak laku melambai yang dilakukan seseorang dengan mengiaskan pada suatu benda yaitu rotan. Rotan merupakan jenis kayu yang lentur dan sering dijadikan sebagai peralatan rumah tangga seperti kursi, meja dan lain-lain. Jadi arti pangalem ini mengambarkan lambaian tangan wanita yang gemulai saat berjalan.

6) Mesemma mesem paraben (Senyumnya senyum perawan)

Ungkapan pangalem ini mengiaskan orang tersenyum dengan status wanita yang masih perawan. Kata perawan menunjukkan sesuatu yang masih belum tersentuh, dijamah, dan masih suci. Perawan identik dengan wanita yang masih belum disentuh oleh laki-laki. Banyak orang beranggapan bahwa sesuatu yang masih belum terjamah terlihat bagus, terlihat alami dan enak dirasakan, jadi maksud dalam pangalem ini adalah pujian yang ditujukan pada perempuan yang memiliki senyuman yang manis atau cantik.

7) Mesemma pae’ maddu (Senyumannya pahit madu)

Pujian yang mengiaskan tindak laku bersenyum ini dengan mengibaratkan suatu rasa pada madu. Kata pahit menekankan senyuman orang tersebut berarti sangat manis sebab semua orang tahu bahwa madu memiliki rasa yang manis. Jadi pangalem ini ditujukan kepada seseorang yang memiliki senyuman yang amat sangat manis.

8) Panyamparra ajam towa (Sambarannya ayam tua)

Daya tarik yang digunakan dalam pangalem ini adalah mengiaskan tindak laku menyambar dengan suatu perilaku yang dilakukan oleh hewan yaitu ayam. Ayam merupakan hewan yang suka menyambar, untuk menunjukkan kejantanannya ayam sering berkelahi dengan ayam jantan lainnya. Ayam yang sudah tua tentunya sudah sering berkelahi dengan ayam lainnya untuk mempertahankan diri dari ancaman, jadi maksud dan tujuan dalam pangalem ini adalah memuji kemampuan seseorang yang dianggap sudah berpengalaman.

9) Pagella’na mesem balibis (Tertawanya senyum burung belibis)

Ungkapan pangalem ini mengiaskan tertawa yang dilakukan seseorang dengan mengibaratkan pada hewan yaitu burung belibis. Pangalem ini bukanlah suara yang dimiliki burung belibis melainkan bentuk paruh pada hewan tersebut yang mirip dengan orang tersenyum. Maksud dalam pangalem ini adalah memuji seseorang yang dianggap memiliki senyuman yang manis.

10) Pangabassa damar kaangenan (Tatapannya pelita keanginan)

Ungkapan pangalem ini mengiaskan tindakan menatap yang dilakukan seseorang dengan suatu benda yaitu pelita. Pelita merupakan alat penerang ruangan yang menggunakan bahan bakar minyak. Pangalem ini mengiaskan mata seseorang dengan pelita yang terkena angin, jadi ungkapan ini bertujuan untuk memuji mata seseorang yang tatapannya terlihat sayu dan enak dipandang.

Itulah sedikit contoh,macam-macam Oca’ pangalem (Pujian) yang digunakan oleh masyarakat Madura. Sebenarnya masih banyak Ungkapan-ungkapan pujian yang belum tersampaikan di postingan kali ini. Maafkanlah saya.

Post a Comment for "OCA' PANGALEM : Macam dan contoh Ungkapan Pujian yang ada di Madura"